Pintu
di sisi utara Jalan Mondorakan itu dari luar hanya tampak seperti pintu
garasi dari kayu yang sudah usang. Tidak tampak ada yang menarik dari
pintu itu, apa lagi yang berada di balik pintu itu. Pintu kayu lapuk
tersebut terdiri dari dua daun pintu yang masing-masing lebarnya sekitar
dua meter, cukup besar memang. Pada salah satu daun pintu terdapat
sebuah pintu kecil, sehingga tepat jika disebut dengan pintu yang
berpintu. Pintu itulah yang digunakan sebgai jalan keluar masuk ketika
pintu utama ditutup.
Jika
kita mencoba masuk, selepas dari pintu besar tadi terbentang jalan
tanah selebar sekitar empat meter yang dibatasi oleh dinding bangunan di
kedua sisinya. Jalan itu tidak panjang, sekitar lima belas meter saja,
dan di ujungnya telah menanti dengan angkuhnya sebuah menara
penerima/penerus sinyal salah satu operator telepon seluler berikut
pagar kelilingnya yang begitu masif. Dari ujung jalan ini, untuk terus
menuju ke utara harus terlebih dahulu mengitari pagar menara itu. Tepat
di sisi utara pagar menara berdiri sebuah rumah tua yang jelas tidak
lagi ditinggali.
Rumah
tua itu saat ini letaknya memang sudah sangat terbuka. Di samping dan
belakangnya langsung berbatasan dengan rumah penduduk, selain bagian
depan rumah yang telah berubah menjadi menara tadi (menara itu menempati
lahan bekas pendapa rumah tua itu). Namun begitu, terasa nuansa yang
lain ketika mencoba mendekati rumah tua itu, apa lagi mencoba masuk ke
dalamnya. Memang, menurut warga Kota Gede, rumah yang dikenal dengan
nama Rumah Kanthil itu ada “penunggunya” yang dikenal dengan nama
Barowo. Keangkeran rumah tua itu sudah begitu dikenal oleh warga kawasan
yang sudah sangat akrab dengan organisasi Islam besar bernama
Muhammadiyah itu.
Sejak
sekitar hampir 5 tahun yang lalu Rumah Kanthil ini semakin populer,
tidak hanya di kalangan warga Kota Gede saja, tetapi juga warga
Yogyakarta pada umumnya, bahkan kota-kota lain di Jawa. Menariknya,
menurut M. Natsir dari Yayasan Kanthil Kota Gede, sempat ada rombongan
dari luar kota Yogyakarta yang datang ke Kota Gede mencarter bus wisata
hanya untuk mencari Rumah Kanthil ini. Hal ini tidak lepas dari
peristiwa ketika Rumah Kanthil dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar
acara reality show yang populer dengan uji nyalinya, yaitu “Dunia Lain”
yang ditukangi oleh Trans TV. Tak ayal lagi, banyak orang yang semakin
penasaran dengan Rumah Kanthil. Kedatangan rombongan “turis” tadi
menjadi salah satu dampak nyatanya.
Sejarah Omah Kanthil
Kawasan
Kanthil berada sekitar 230 meter di barat laut Pasar Kotagede.
Persisnya di RT 49, RW 10 Kampung Trunojayan. Nama Kanthil diambil dari
nama pohon kanthil (Michelia champaka) yang pernah tumbuh di sana. Pohon
kanthil ini tumbuh besar, sehingga banyak dikeramatkan orang. Di dekat
pohon kanthil, ada sebuah lumpang dari batu hitam. Sama seperti pohon
kanthil, lumpang itu pun dikeramatkan warga. Ada yang percaya, orang
yang kakinya lumpuh jika dimandikan di lumpang tersebut bakalan bisa
sembuh.
Pemilik
Rumah Kanthil adalah Karto Jalal, atau sebagian warga lebih mengenalnya
dengan Karto Kanthil. Ia adalah seorang saudagar kaya di Kotagede.
Usaha yang digelutinya adalah batik. Ketika batik Kotagede mengalami
masa keemasan di tahun 1940-1960, Karto Kanthil pun mendulang untung.
Kala itu, harga jarik amat mahal. Orang rela menukarkan tanahnya yang
seluas ratusan meter dengan dua atau tiga potong kain jarik. Tak heran,
rumah dan tanah Karto Kanthil pun terserak di segala pelosok Kotagede.
Kalau
Karto Kanthil mempunyai hajatan menikahkan anaknya, pestanya tujuh hari
tujuh malam. Pengantinnya diarak keliling Pasar Kotagede. Pengantin
laki-lakinya mengendarai kuda. Pengantin perempuannya naik tandu hias
yang dipikul empat orang lelaki. Keluarga yang lain mengendarai kereta
kuda hias. Sedangkan anak-anak yang mengiringi naik kremun (tandu
kecil), di belakangnya barisan umbul-umbul, rontek bertugas sebagai
pramuladi pun pria-pria pilihan, gagah-gagah berkulit kuning langsat.
Pemuda-pemuda itu diambil dari kampung-kampung di Kotagede yang
tergabung dalam paguyuban Susilo Mudho.
Setelah
tahun 1960, usaha batik di Kotagede surut drastis, termasuk juga usaha
milik Karto Kanthil. Beberapa puluh tahun kemudian, tanah-tanah Karto
Kanthil satu demi satu dijual oleh ahli warisnya. Malah, untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari, tak jarang ahli waris menjual murah
barang-barang yang masih tersisa, seperti tempat tidur besi, tanggem,
daun jendela, dandang, soblok, almari, dan aneka barang remeh temeh
lainnya.
Di
sekitar tahun 1990 an, salah seorang menantu Karto Kantil pernah
mengeluh, bahwa beberapa tanah miliknya telah dipakai oleh pemerintah
tanpa seijin dirinya. Malah, di tanah yang menurut menantu tersebut
adalah miliknya, telah didirikan bangunan gedung kantor pemerintah.
Salah satunya adalah Balai Diklat PU di timur jembatan Winong, Kotagede.
Menantu Karto Kantil tersebut mengaku pernah mengurusnya, namun karena
tiadanya bukti legal formal tertulis, sang menantu tersebut akhirnya
kalah.
Sebagai
ruang publik, tak banyak jejak yang bisa dilacak dari pendapa Kanthil.
Selain pernah menjadi tempat ibadah sholat tarawih pengajian anak-anak
Komariyah Masjid Perak, pendapa Kanthil jarang sekali dimanfaatkan untuk
kepentingan publik.
Nasib
tragis pendapa Kanthil punya kisah tersendiri. Waktu itu di tahun
1990-an, seorang menantu dari Karto Kanthil sedang punya hajat menjual
pohon mangga. Karena tukang tebangnya kurang perhitungan, ranting besar
pohon itu menimpa pendapa Kanthil yang ada di dekatnya. Akibatnya,
pendapa Kanthil pun miring. Karena tidak punya biaya untuk mengembalikan
pendapa seperti semula, pendapa Kanthil itu dibiarkan miring dalam
waktu yang lama. Keadaan ini diterkam makelar pendapa. Benar saja. Tak
sampai hitungan tahun, pendapa Kanthil pun tercerabut dari tempatnya.
Kini,
kawasan Kanthil telah sangat berubah. Rumah tanpa induk semang itu
sedang menunggu kehancurannya. Kelabang, cacing, kalajengking, dan
dhemit kini tinggal di sana. Karena dikenal angker, Rumah Kanthil pun
pernah dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar acara “Dunia Lain”,
yang ditayangkan oleh sebuah televisi swasta nasional.
Sunday, July 28, 2013
Petualangan Dunia Lain di Jogja
About bocahpetualang
Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates.
Related Posts:
Tempat Petualangan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment