![]() |
Rinjani |
Dari puncak ini mereka bergelayut di batu - batu cadas. Menurun menuju Segara Anak. Sebuah danau yang di tengahnya tersembul Gunung Baru yang merupakan anak Gunung Rinjani. Gunung dengan mitos Dewi Anjani, putri rupawan berilmu tinggi seperti tersurat dalam lontar Rengganis ini terus diuri - uri. Dan saat purnama tiba, ritus tabur mas itu tetap lestari.
![]() |
Gunung Gamalama |
Di Gunung Karangetang Pulau Halmahera mistisisme itu kian lekat lagi. Suku Tugutil yang berdiam di seputaran gunung ini sehari - hari menjalani hidup yang kental tradisi. Itu dari kelahiran, dewasa sampai kematian. Malah jika ada warga yang meninggal, untuk mengusir roh buruk yang disebut Gomanga, mereka melakukan ritus unik untuk pengusiran sebelum mengantar si mati ke tengah hutan. Sambil mabuk mereka membabat apa saja yang dijumpa.
![]() |
Gunung Karangetang |
Di Bukit Dirun, lereng Gunung Mutis, misalnya, sesaji tak sulit ditemukan. Area ini dipercaya sebagai pemakaman kuno. Makam yang terbentuk sebelum zaman es, dan jauh pra kawasan ini timbul dari dasar laut untuk menjadi daratan. Dan itu logis jika dilihat kontur dan stuktur tanah bukit ini yang berkarang - karang.
Malah kalau kita menyusuri Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS ) tak tersadari mengamini buku The Atlantis karangan Arysio Santos serta Eden The East karya Stephen Oppenheimer, bahwa Indonesia merupakan benua yang hilang, dan membuka kemungkinan Nabi Nuh berasal dari Indonesia. Sebab di daerah ini terdapat bukit yang disebut Fatu Kopa ( Batu Kapal ). Rakyat setempat pun meyakini, bahwa batu itu adalah kapal Nabi Nuh!
![]() |
Gunung Mutis |
Mitos - mitos itu memang perlu disingkap misterinya. Itu agar tidak berubah menjadi dongeng yang kelak nglenik. Para sejarawan Indonesia dituntut untuk menguak segala mitos itu agar sejarah negeri ini tidak seperti sekarang, sejarah dongeng. Raja - raja yang pernah memerintah dianggap mokswa ( hilang secara gaib ) dan hanya serat serta babad yang bisa dijadikan rujukan untuk mengungkap sebuah awal.
Pengalaman di lapangan menunjukkan, ilmuwan kita tak banyak turba. Entah karena malas atau takut berbagai sebab di antaranya sengsara. Sebab saat saya mendatangi Suku Boti ( Pulau Timor ) yang dikultuskan penerjemah saya acap dihantui 'takut kualat', memasuki Yot Tomat ( Kepulauan Kei ) diliputi rasa mencekam, mengunjungi Suku Naulu ( Pulau Seram ) takut dibunuh karena jika baileo ( rumah adat ) mereka rusak memang mewajibkan tumbal manusia, dan ketika memasuki perkampungan Suku Tugutil ( Pulau Halmahera ) memang terkesan menyeramkan.
Malah untuk menguak Islam Wetu Telu di Pulau Lombok pun dibutuhkan tenaga ekstra. Itu karena terpencar di Bayan ( ritus keturunan Sunan Giri Prapen ), di Mataram ( Pura Lingsar ), Sade dan Rambitan ( tradisi dan masjid kuno ), serta di Rambanbiak ( Dasan Baru, Lombok Timur ) pusat mistik Suku Sasak yang sekaligus tinggal intelektual sekte ini.
Namun di balik kekurangan - kekurangan itu mitos mempunyai peran penting bagi lestarinya budaya bangsa. Tabu dan mistik memberi pengamanan terhadap terjaganya alam dan benda yang disakralkan. Tanpa itu, rasanya hampir bisa ditebak kekayaan ini akan musnah ditransaksikan.
Maka, lepas kita suka atau tidak suka dengan tradisi dan budaya yang ada, tapi itulah diri kita, kekayaan kita, yang terasa indah jika kita menggaulinya dengan mesra. Dan itu salah satu sebab berbagai bangsa datang dan kagum dengan Indonesia. ( Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta )
No comments:
Post a Comment