Tahukah Kamu Apa Itu Jalan Yang Mendaki? Kebahagiaan bagaikan dataran tertinggi dari yang paling tinggi.
Dibutuhkan keseriusan dan keinginan kuat untuk bisa mencapainya. Padahal
keseriusan dapat terkecoh oleh masa atau kondisi dan keinginan kuat
juga dapat terkikis oleh rasa bosan, hingga akhirnya puncak kebahagiaan
itu menjadi sebuah ilusi kehidupan.
Barangkali inilah yang dimaksud oleh Allah dengan `maa adrooka mal aqobah` ( tahukah kamu apa itu jalan yang mendaki? )
Kebahagiaan itu ada dan pasti ada. Mustahil tidak ada. Untuk
mencapainya bukan hanya dibutuhkan keseriusan dan keingginan yang kuat,
melainkan juga butuh cinta. Ya, cinta! Cinta kepada Allah ini, butuh
perenungan dan kesadaran atas nikmat Allah yang telah dirasakan.
Sudah merupakan hukum alam ini untuk mendaki sesuatu dibutuhkan alat.
Dan alat - alat itu akan terasa aneh dan tidak biasa bagi mereka yang
tidak bisa mendengar namanya, apalagi melihat bentuknya. Seperti untuk
mendaki gunung, dibutuhkan peralatan seperti altimeter, raincoat, matras
dan lain sebagainya yang asing terdengar di telinga sebagian orang. Tetapi
bagi mereka yang menggemarinya, akan mudah untuk mendapatkannya
sehingga pendakian terasa menyenangkan.
Letih memang. Tetapi karena senang, mereka bahagia luar biasa. Begitu pula
terhadap pendakian puncak kebahagiaan. Dibutuhkan alat - alat yang terasa
aneh dan sangat membosankan oleh sebagian orang, seperti pasrah, ibadah,
berbuat baik, melepaskan egosentris diri dan lain sebagainya.
Bagi
seorang Salik atau pencari Tuhan, alias pendaki gunung
kebahagiaan, akan mudah mendapatkan alat - alat tersebut, dan siap mendaki
dengan penuh suka cita. Capek dan sangat melelahkan, itu hal yang
wajar. Namun semua akan ternetralisasi oleh rasa senang. Dan bagi para
pecinta atau para maniak pendakian, tak akan pernah muncul rasa bosan.
Sebab yang merasa bosan itu cuma mereka yang ikut - ikutan.
Begitu pula bagi para pendaki gunung kebahagiaan, ia tidak akan pernah
merasa jenuh dan bosan dalam melakukan ibadah dan kebaikan. Sebab mereka
yang merasa bosan, hanya mereka yang ibadahnya sekedar ikut - ikutan,
alias latah.
Ketegangan saat melakukan pendakian, juga merupakan hal yang wajar.
Bahkan di situlah bagian seni dari sebuah pendakian. Memicu adrenalin.
Dan tetap waspada agar tak terjatuh dan terus menaiki pendakian hingga
sampai di puncak tertinggi.
Namun hati - hati, biasanya jika sudah mulai
akan sampai pada puncak ketinggian, akan terlihatlah pemandangan indah
dan mempesona. Silahkan memandang dan menikmatinya, asal jangan sampai
terbuai. Sebab jika sampai terlena, apalagi sampai tidak sadar dan
ingin menghampiri keindahan itu, pasti akan terperosok ke dalam jurang
yang terjal.
Demikian bagi sang Salik. Pencarian Tuhan dan pendakian kebahagiaan,
suatu saatpun akan mengalami ketegangan. Baik ketegangan yang
ditimbulkan oleh keadaan ekonomi, kedudukan, keluarga atau justru malah
bersitegang terhadap sesama manusia. Itu lazim. Biasa dan sangat
lumrah.
Tapi yang penting tetap berhati - hati agar tidak terperosok
jatuh dalam bujuk rayu iblis yang dapat mengakibatkan terpelanting dan
masuk ke dalam jurang kenistaan hingga tak dapat lagi melanjutkan
pendakian dan menderita selamanya.
Begitu pula bagi para pendaki kebahagiaan, ketika sudah hampir sampai
pada puncaknya, biasanya dari posisi itu akan nampak keindahan dunia
yang sangat mengairahkan. Ia dapat membuai siapapun pemandangnya. Jika
sampai terlena dan tak sadarkan diri, niscaya akan terpeleset dan
terperosok ke dalam jurang penderitaan yang sangat dalam. Tinggallah
kebahagiaan menjadi impian tak terwujud. Na`udzubillah. src
Sunday, January 12, 2014
Tahukah Kamu Apa Itu Jalan Yang Mendaki?
About bocahpetualang
Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates.
Related Posts:
pengetahuan
Label:
cerita perjalanan,
gunung,
pengetahuan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment