Gunung Kelud yang berketinggian 1113.9 Mdpl merupakan salah satu gunung
berapi di tanah Jawa yang sering menjadi tujuan pendakian oleh para
pendaki Indonesia. Gunung ini tercatat pernah meletus sebanyak 24 kali. Pada tahun 1815 Gunung Kelud meletus dengan dahsyat sehingga menelan korban jiwa sebanyak 10.000 jiwa.
Perkampungan penduduk yang paling dekat dengan lereng Gunung Kelud
adalah Desa Sugihwaras. Warga desa ini memiliki budaya turun temurun
yaitu mempersembahkan sesaji di kaki anak gunung sebagai simbol rasa
terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sejak dahulu, setiap tahun warga desa Sugihwaras selalu mempersembahkan
sesaji di tepi kawah. Namun setelah dari kawah muncul anak gunung,
persembahannya sesaji dipindah ke kaki anak gunung.
Menurut keterangan Mbah Ronggo, juru kunci Gunung Kelud, sesaji yang
disajikan harus memenuhi syarat utama yaitu ‘cok bakal’ dan ‘jenang
sengkala’. “Syarat utama, larung sesaji ke kawah itu harus ada cok bakal
dan jenang sengkala. Itu wajib!”
Apa yang terjadi jika syarat ini dilanggar? Seperti yang berlaku pada
2007 silam. Kala itu larung sesaji kurang lengkap. Alhasil, ritual
sesaji yang dilakukan itu nyaris saja membawa bencana. Terlebih lagi
ritual dilakukan di bulan Ruwah menurut kalender Jawa. Padahal, menurut
perhitungan Mbah Ronggo, bulan Ruwah kurang baik untuk larung sesaji.
Lebih bagus lagi, kalau dilaksanakan di bulan Suro. Tapi, ketika itu
Mbah Ronggo hanya diam saja. Karena ia memang tidak diajak musyawarah
oleh pihak panitia. Maka supaya lebih sempurna lagi, Mbah Ronggo terus
melaksanakan selamatan lagi di tepi kawah, tujuannya untuk melengkapi
supaya lebih sempurna.
Untuk meredam amuk Gunung Kelud ketika itu, tak kurang dari 25
paranormal yang berada di sekitarnya menggelar ritual di sekitar danau
kawah untuk meminta agar bencana letusan gunung api tidak terjadi.
Yang tak kalah unik, sebelum meletus, Kelud selalu memberi tanda
dengan suara gemuruh lebih dulu. Kemudian melontarkan berbagai material
yang panasnya bisa mencapai 300 hingga 500 derajat Celcius. Daya
rusaknya juga amat dahsyat seperti mengamuknya ‘wedhus gembel’ Merapi.
Meluluh lantakkan daerah sekitarnya dan bisa merenggut banyak korban
jiwa.
Sejak tahun 1000 Kelud telah meletus sebanyak 23 kali. Interval
letusannya rata - rata berlangsung setiap 15 tahun sekali. Paling pendek 3
tahun, berlangsung pada tahun 1848, kemudian disusul pada 1851. Tapi
Kelud pernah bersikap manis selama sekitar 37 tahun. Selama itu, ‘sakit
batuk’ pun belum pernah. Apalagi sampai ‘muntah berat’. Hal ini
berlangsung pada 1864 hingga 1901.
Sebagai salah satu gunung berapi yang masih aktif di Jawa, Gunung Kelud memang masih menyimpan misteri. Seperti Merapi yang bertengger di
ujung utara Yogyakarta, Kelud di Jawa Timur juga sering kurda. Kalau
sedang mengamuk, juga amat ganas.
Gunung Kelud berada sekitar 35 kilometer dari Kediri. Kalau ditempuh
dari Blitar, jaraknya lebih kurang 24 kilometer. Di puncak Kelud,
terdapat danau kawah, volumenya mencapai jutaan meter kubik. Punggung
Kelud, merupakan daerah pertanian yang subur. Berupa perkebunan dan jadi
lahan produksi tanaman pangan bagi penduduk di sekitarnya.
Meski sehari - hari tampak tenang dan damai, setiap saat wilayah itu
mungkin sekali tiba - tiba bisa menjadi wilayah yang mengerikan. Yakni
ketika Kelud mengamuk. Uniknya, Kelud biasa meletus pada malam hari.
Nama Gunung Kelud berasal dari Jarwodhosok, yakni dari kata “ke”
( kebak ) dan “lud” ( ludira ). Hal ini berarti bila murka, bisa merenggut
banyak kurban jiwa tak berdosa. Menurut kepercayaan penduduk sekitar,
kawah gunung ini dijaga sepasang buaya putih, yang konon merupakan
jelmaan bidadari.
Legenda menceritakan, zaman dahulu kala ada dua bidadari sedang mandi
di telaga tersebut. Karena terlena, dua bidadari ini melakukan
perbuatan seperti yang biasa terjadi pada manusia modern, yakni berbuat
intim dengan sesama jenis.
Jadi, kedua bidadari itu tergolong penganut
lesbian. Perbuatan tersebut rupanya diketahui oleh dewa. Karena kesal,
sang dewa pun mengutuk kedua bidadari tersebut, “Kelakuan kalian mirip
buaya.”
Karena dewa memang penguasa jagad, kata - katanya yang ampuh itu
membuat dua bidadari tersebut seketika berubah menjadi dua ekor buaya.
Konon, hingga kini mereka menjadi penunggu danau Gunung Kelud. Wallahu
A’lam Bis-Shawab.
Wednesday, February 5, 2014
Misteri Bidadari Penunggu Kawah Gunung Kelud
About bocahpetualang
Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates.
Related Posts:
Legenda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment